Dalam dunia bedah estetik, stem cell tidak hanya dimanfaatkan untuk anti aging. Beberapa jenis bedah estetik lain, seperti hidung dan payudara, juga telah memanfaatkan sel ini.
Untuk bedah estetik hidung, misalnya, dokter bedah akan menggunakan implan dari tulang rawan pasien itu sendiri atau dari cadaver. Implan itu lalu di-shading menggunakan stem cell. “Nanti dalam dua bulan implan itu akan menyatu dengan tulang. Itulah kelebihannya.
Kalau pasien menggunakan implan silikon, seumur hidupnya implan itu tidak akan menyatu. Penggunaan implan silicon juga hasilnya tidak terlalu bagus karena masih dapat bergoyang-goyang,” ujar Dr. Poengki.
Lalu, untuk payudara, dokter bedah akan menggunakan massa lemak dari tubuh pasien sebagai pengganti implan. Massa lemak itu akan dimasukkan bersamaan dengan stem cell yang diprosess dari lemak yang sama. Di beberapa negara yang bedah plastiknya sudah maju, seperti Korea Selatan, sudah meggunakan cara ini.
“Cara itu lebih alami dan luka di dada kecil karena cuma untuk memasukkan sel. Kalau yang dimasukkan implan (seperti silikon) kan lukanya agak besar,” kata Dr. Poengki.
Selain luka lebih kecil, hasilnya juga lebih natural. Risiko kebocoran juga tidak ada karena massa lemak itu sangat mirip dengan jaringan payudara, sehingga akan menyatu. “Selain kelenjar payudara, jaringan payudara juga ada lemaknya. Jadi hasilnya akan lebih bagus dan lebih aman,” ujar Dr. Poengki.
Satu lagi kelebihan terapi stem cell, untuk anti aging maupun bedah hidung dan payudara, adalah nyaris tanpa risiko. “Tanpa merkuri dan kuman dalam suntikan,” katanya.
Itu sebabnya, ia optimistis terapi stem cell untuk kecantikan akan berkembang pesat. “Peminatnya akan terus menanjak, karena dunia estetik dan wellness di Indonesia cukup besar, bisa Rp 1 triliun per tahun,” ujar dia.(Sumber : medistrashare.com)